Kontradiksi Pemikiran Manusia (bahkan bertindak atas nama ulama)

Tidak Ku Ciptakan Jin dan Manusia itu Kecuali Untuk Beribadah Kepada-Ku (Ikuti Petunjuk Allah)

Manusia memiliki komunitas : Pengikut Ajaran Allah dan Pembangkang Ajaran Allah

Jin  juga memiliki komunitas : Pengikut Ajaran Allah dan Pembangkang Ajaran Allah

Pemuka agama Islam atau sering disebut ulama sering menjadi panutan, namun acap kali penyimngan yang dilakukan oleh beberapa ulama ‘sakit’ itu menggunakan ayat al-quran untuk meligitimasi ‘penyakit’ yang dideritanya, walaupun telah dinyatakan dan ditunjukkan dalam al-quran bahwa penyimpangannya atau ‘penykitnya’ itu adalah sebuah kekeliruan yang harus diwaspadai untuk dihindari karena merupakan ajakan syetan melalui perturutan nafsu. Namun tidak jarang ulama-ulama itu malah mengajarkan dan mencontohkan penyimpangan dan penyakitnya itu.

Dan (Kami juga telah mengutus Nabi) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan yang sangat hina itu, yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum kalian?” [Al-A’raaf: 80].

Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kalian ini adalah kaum yang melampaui batas. [Al-A’raaf: 81].

Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kriminal itu. [Al-A’raaf: 84].

Sedangkan beberapa ulama ini menjadi LGBT dan bahkan mengakui jati dirinya :

  1. Mohammed Ludovic Zahed:

Ulama ini berasal dari Prancis. Ulama gay inilah yang membangun masjid kaum LGBT di Paris, Prancis. Zahed sebelumnya depresi tentang orientasi seksualnya, namun setelah mempelajari Alquran dirinya berkesimpulan bahwa semua orang berhak kembali ke jiwanya.

Ulama gay ini juga banyak menyelamatkan remaja gay yang hendak bunuh diri karena merasa bersalah melanggar ajaran agama. Kabarnya, Zahed sudah menikah dengan pasangannya yang sudah hidup bersama selama empat tahun.

  1. Daayiee Abdullah:

Ulama gay yang kedua ini merupakan warga negara Amerika Serikat (AS). Ulama gay AS ini juga merupakan aktivis LGBT di negeri adi kuasa tersebut. Keputusan dia menjadi gay banyak menuai pro dan kontra. Dirinya mengakui banyak sekali tantangan yang dihadapi selama menjadi kaum LGBT.

Selain menjadi aktivis kaum LGBT, ia juga menjabat sebagai ulama besar di masjid An Nur Al-Islah di kota Washington D.C. Walaupun homoseks, sampai saat ini dia tidak memilih pasangan hidup. Usianya kini sudah menginjak 62 tahun.

  1. Muhsin Hendricks:

Ulama gay yang ketiga berasal dari Afrika Selatan. Pada akhir tahun 90-an muncul Hendricks dan komunitasnya yang disebut Al Fitrah. Dirinya mengklaim menjadi kaum LGBT adalah fitrah manusia yang tidak dilarang oleh Allah SWT. Eksis selama 25 tahun, komunitas Al Fitrah menjadi komunitas yang besar.

Hendricks gencar melakukan kampanye dan diskusi yang berhubungan dengan Islam dan LGBT. Dirinya mengklaim, umat muslim pada dasarnya tak dapat mengubah Alquran namun bisa mengubah persepsi diri melalui ayat-ayat Alquran tersebut.

  1. Rahal Eks:

Ulama yang menjadi LGBT ini berasal dari Jerman. Rahal Eks mengatasnamakan dirinya sebagai Sufi dan memiliki pandangan seks yang tidak biasa (Queer). Ulama gay ini bahkan sudah membuat beberapa buku dan mengajarkan ajaran-ajaran Sufi Islam kepada kaum LGBT.

Dirinya mengklaim, Islam merupakan agama yang memberikan kebebasan kepada umatnya untuk memilih apa yang diyakininya serta mencintai diri sendiri adalah kunci menjadi muslim yang baik.

  1. El Farouk Khaki:

Ulama gay yang terakhir merupakan warga negara Kanada. Sejak tahun 1993 ia aktif menyuarakan kesetaraan hak asasi manusia untuk kaum LGBT khususnya umat muslim.

Ulama gay ini juga membentuk sebuah organisasi yang bernama “Salaam Canada”, sampai saat ini menjadi juru bicara (jubir) LGBT muslim di Kanada. Dirinya bahkan menjadi imam para gay terutama shalat jumat di Masjid Agung kota Toronto.

 

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.